Apa itu
filsafat ilmu? Bagaimanakah tentang Filsafat Ilmu itu?
Prof. Dr. Fuad Hasan, guru besar
psikologi UI, menyimpulkan: Filsafat adalah suatu ikhtiar untuk berpikir
radikal, artinya mulai dari radiksnya suatu gejala, dari akarnya suatu hal yang
hendak dimasalahkan. Dan dengan jalan penjajakan yang radikal itu filsafat
berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan yang universal.
filsafat
Ilmu mampu menjawab semua permasalahan hidup tergantung dari pribadi sendiri
bagaiman kita melihat dan menerapkannya. Filsafat dipahami sebagai upaya,
proses, metode, cara, dambaan untuk terus mencari kebenaran. Dambaan ini muncul
dalam sikap kritis untuk selalu mempersoalkan apa saja untuk sampai pada
kebenaran paling akhir, yang paling mendalam. Filsafat dilihat sebagai upaya
untuk memahami konsep atau ide-ide. Dengan bertanya orang lalu berpikir tentang
apa yang ditanyakan. Dengan bertanya orang berusaha menemukan jawaban atas apa
yang ditanyakan
1. Mengapa
manusia kehilangan makna hidupnya? Berikan alasan dari sudut pandang filsafat!
Jawab
:
Dalam
hal ini manusia tidak terlepas dari sebagai mankluk social. Bagaiman manusia
itu memperlakukan dirinya terhadap yang apa yang dihadapinya.
Jika
manusia itu di dalam hidupnya manusia tidak selalu mencari arah baru untuk dituju.
Untuk menemukan arah yang tepat, manusia haruslah memiliki pengertian yang
tepat tentang dirinya sendiri. Hanya dengan memahami diri secara tepatlah
manusia bisa mewujudkan potensi-potensinya semaksimal mungkin.
2.
Konsep Ontologi, epistemology, aksiologi
jelaskan ketiganya dan jelaskan pula mengapa ketiga konsep itu harus dipahami
oleh setiap manusia dan berikan contoh kasusnya?
Jawab
:
Epistemologi derivasinya dari bahasa Yunani yang
berarti teori ilmu pengetahuan. Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat
episteme, pengetahuan; dan logos, theory. Epistemologi adalah cabang ilmu
filasafat yang menengarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu
pengetahuan. Epistemologi bertalian dengan definisi dan konsep-konsep ilmu,
ragam ilmu yang bersifat nisbi dan niscaya, dan relasi eksak antara ‘alim
(subjek) dan ma’lum (objek). Atau dengan kata lain, epistemologi adalah bagian
filsafat yang meneliti asal-usul, asumsi dasar, sifat-sifat, dan bagaimana
memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model
filsafat. Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja menentukan karakter
pengetahuan, bahkan menentukan “kebenaran” macam apa yang dianggap patut
diterima dan apa yang patut ditolak. Bila Kumpulan pengetahuan yang benar/episteme/diklasifikasi,
disusun sitematis dengan metode yang benar dapat menjadi epistemologi. Aspek
epistemologi adalah kebenaran fakta / kenyataan dari sudut pandang mengapa dan
bagaimana fakta itu benar yang dapat diverifikasi atau dibuktikan kembali kebenarannya.
Ontologi membahas tentang yang ada, yang
tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Ontologi membahas tentang yang ada
yang universal, menampilkan pemikiran semesta universal. Ontologi berupaya
mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan, atau dalam rumusan Lorens
Bagus; menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas dalam semua bentuknya.
Lorens Bagus memperkenalkan tiga tingkatan abstraksi dalam ontologi, yaitu :
abstraksi fisik, abstraksi bentuk, dan abstraksi metaphisik. Abstraksi fisik
menampilkan keseluruhan sifat khas sesuatu objek; sedangkan abstraksi bentuk
mendeskripsikan sifat umum yang menjadi cirri semua sesuatu yang sejenis.
Abstraksi metaphisik mengetangahkan prinsip umum yang menjadi dasar dari semua
realitas. Abstraksi yang dijangkau oleh ontologi adalah abstraksi metaphisik.
Sedangkan metode pembuktian dalam ontologi oleh Laurens Bagus di bedakan
menjadi dua, yaitu : pembuktian a priori dan pembuktian a posteriori.
AKSIOLOGI,n Axios = Nilai (Value)n Logi = Ilmu, n Axiologi adalah ilmu yang mengkaji tentang nilai-nilai. Axiologi (teori tentang nilai) sebagai filsafat yang membahas apa kegunaan ilmu pengetahu manusia.
Aksiologi menjawab, untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu di pergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral?
Dengan demikian Aksiologi adalah nilai-nilai (value) sebagai tolok ukur kebenaran (ilmiah), etik, dan moral sebagai dasar normative dalam penelitian dan penggalian, serta penerapan ilmu.
contoh
kasus yang dapat saya uraikan dalam hal ini adalah sebagai berikut.
Dengan ontologis berati mempelajari
wujud dari sesuatu objek, hubungan antara objek tadi dengan daya tangkap
manusia (pengindraan, perasaan dan pemikiran) yang membuahkan pengetahuan
sebagai objek materialnya. Dengan epistemologis, berarti bagaimana kemungkinan
penimbaan pengetahuan yang merupakan ilmu, proses-proses, dan faktor
pendukungnya, agar memperoleh pengetahuan yang benar. Selanjutnya dapatlah
menemukan tentang hakikat kebenaran dan kriterianya sebagai objek materialnya.
Dengan aksiologis, berarti dapat menemukan kegunaan ilmu pengetahuan itu,
hubungan antara sistem penggunaannya dengan norma-norma, moral serta hubungan
antara teknik operasional metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional
itu sebagai objek materialnya. Contoh : Objek formal filsafat itu ada tiga :
Apa/what? (ontologi) Tuhan, bagaimana/how Tuhan itu ada (epistemologi), untuk
apa/what for Tuhan ada (aksiologi). Tuhan dalam hal ini adalah objek material
yang tidak berbentuk immaterial. Namun dengan bantuan logika dan nalar Tuhan/Agama
sebagai objek material dapat terjawab. Objek Formal dan Material Ilmu
Pengetahuan Objek formal ilmu pengetahuan adalah sudut pandangan ilmu pada
umumnya, artinya bahwa yang dikatakan sebagai objek formal ilmu adalah dari
sudut mana kerja ilmu itu dilihat, apakah dari sudut asas-asasnya,
sistematisnya, kaidah-kaidah, norma-norma atau hukum-hukum berpikir yang harus
ditaati agar kita dapat berpikir benar dan mencapai kebenaran yang dikatakan
sebagai ilmu. Sedangkan objek material ilmu adalah objek yang mempelajari
secara langsung pekerjaan akal dan mengevaluasi hasil-hasil dari objek formal
ilmu itu dan mengujinya denan realisasi praktis yang sebenarnya. Atas dasar ini
dapat dikatakan bahwa ilmu secara sistematisnya memiliki tiga objek formal
yaitu : Ilmu pengetahuan Deskriptif, Ilmu Pengetahuan Normatif, dan Ilmu
Pengetahuan Efisiensif. Dan objek materialnya adalah : kosmologis, noologis
(sosial dan budaya).
dari sudut pandang
epistemologi dapat diketahui bahwa ilmu ekonomi diperoleh melalui
pengamatan (empirisme) terhadap gejala sosial masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Pengamatan yang dilakukan kemudian digeneralisasi melalui
premis-premis khusus untuk mengambil kesimpulan yang bersifat umum. Pada tahap
ini, ilmu ekonomi menggunakan penalaran yang bersifat kuantitatif . Perubahan
dan keajegan yang diamati dalam sistem produksi dan distribusi barang dan jasa
kemudian dijadikan sebagai teori-teori umum yang dapat menjawab berbagai
masalah ekonomi. Sebagai sebuah contoh dapat dilihat dari teori permintaan
(demand) dalam ilmu ekonomi yang berbunyi “apabila permintaan terhadap sebuah
barang naik, maka harga barang tersebut secara otomatis akan menjadi naik” .
Teori tersebut diperoleh dari pengalaman dan fakta di lapangan yang diteliti
secara konsisten oleh para ahli ekonomi. Berdasarkan cara kerja yang demikian,
penemuan teori-teori ilmu ekonomi dikelompokkan ke dalam context of discovery . (Audi, Robert, Epistemology: A Contemporary Introduction to The
Theory of Knowledge (London: Routledge, 1998).)
3. Dewasa
ini banyak sarjana yang menganggur, coba Anda berikan solusi dari kasus
tersebut berkaitan dengan konsep filsafat?
Jawab :
Timbulnya masalah baru di bidang
ketenagakerjaan di era global sangat mungkin terjadi. Untuk itu diperlukan
strategi pembinaan ketenagakerjaan menyangkut upaya peningkatan penempatan dan
perlindungan tenaga kerja, yang sudah disusun untuk mengatasi berbagai
permasalahan ketenagakerjaan yang ada serta dalam rangka mengantisipasi
berbagai hal kemungkinan terburuk yang terjadi
alternatif penyelesaian masalah pengangguran diatas selain pelatihan keterampilan di BLK adalah dengan memberikan ruang gerak yang lebih kepada sektor non-publik untuk ikut berpartisipasi aktif dengan tetap memperhatikan kepentingan masyarakat secara proporsional, dengan memberikan program padat karya, bantuan pendirian UKM/ UMKM
Aplikasinya sebaiknya pemerintah bekerjasama dengan pihak Bank untuk memberikan kridit lunak, kepada sektor UKM/UMKM. Dengan cara kredit lunak bagi sektor UMKM. dengan demikian agkatan kerja selain terserap pada sektor formal, juga terserap pada sektor UKM/UMKM sehigga diharapkan angka pengangguran di indonesia akan terus berkurang.
alternatif penyelesaian masalah pengangguran diatas selain pelatihan keterampilan di BLK adalah dengan memberikan ruang gerak yang lebih kepada sektor non-publik untuk ikut berpartisipasi aktif dengan tetap memperhatikan kepentingan masyarakat secara proporsional, dengan memberikan program padat karya, bantuan pendirian UKM/ UMKM
Aplikasinya sebaiknya pemerintah bekerjasama dengan pihak Bank untuk memberikan kridit lunak, kepada sektor UKM/UMKM. Dengan cara kredit lunak bagi sektor UMKM. dengan demikian agkatan kerja selain terserap pada sektor formal, juga terserap pada sektor UKM/UMKM sehigga diharapkan angka pengangguran di indonesia akan terus berkurang.
4. Kualitas
pendidikan kita sangat rendah bagaimana pendapat anda di tinjau dari pandangan
filsafat dan berikan contoh strategi anda?
Jawab :
Cara kerja dan hasil filsafat dapat
dipergunakan untuk memecahkan masalah hidup dan kehidupan manusia, dimana
pendidikan merupakan salah satu dari aspek kehidupan tersebut, karena hanya
manusialah yang dapat melaksanakan dan menerima pendidikan. Oleh karena itu
pendidikan memerlukan filsafat. Karena masalah-masalah pendidikan tidak hanya
menyangkut pelaksanaan pendidikan, yang hanya terbatas pada pengalaman. Dalam
pendidikan akan uncul masalah-masalah yang lebih luas, lebih dalam, dan lebih
kompleks, yang tidak terbatasi oleh pengalmaan maupun fakta faktual, dan tidak
memeungkinkan untuk dijangkau oleh ilmu.
Seorang guru, baik sebagai pribadi
maupun sebagai pelaksana pendidikan, perlu mengetahui filsafat dan filsafat
pendidikan. Seorang guru perlu memahami dan tidak buta terhadap filsafat
pendidikan, karena tujuan pendidikan selalu berbungan langsung dengan tujuan
kehidupan individu dan masyarakat penyelenggara pendidikan. Hubungan antar
filsafat dengan pendidikan adalah, filsafat menelaah suatu realitas dengan luas
dan menyeluruh, sesuai dengan karateristik filsafay yang radikal, sistematis,
dan menyeluruh. Konsep tentang dunia dan tujuan hidup manusia yang merupakan
hasil dari studi filsafat, akan menjadi landasan dalam menyusun tujuan
pendidikan. Nantinya bangun sistem pendidikan dan praktek pendidikan akan
dilaksanaka berorientasi kepada tujuan pendidikan ini. Brubacher (1950)