Cari
Minggu, 16 Juni 2013
Komponen Strategi Pembelajaran
Dalam menerapkan strategi
pembelajaran ada beberapa komponen yang harus diperhatikan agar dalam kegiatan
pembelajaran tercapai suatu tujuan yang telah ditentukan. Menurut Dick and
Carey menyebutkan adanya 5 komponen strategi pembelajaran yakni :
1. Kegiatan pembelajaran
pendahuluan.
2. Penyampaian informasi.
3. Partisipasi siswa
4. Tes, dan
5. Kegiatan lanjutan
Berbeda dengan yang dikemukakan oleh
Gagne and Briggs, komponen dalam strategi pembelajaran adalah :
1) Memberikan motivasi atau menarik
perhatian.
2) Menjelaskan tujuan pembelajaran
kepada siswa.
3) Mengingatkan kompetensi
prasyarat.
4) Memberi stimulus (masalah, topic,
konsep).
5) Memberi petunjuk belajar (cara
mempelajari).
6) Menimbulkan penampilkan siswa
7) Memberi umpan balik
8) Menilai penampilan
9) Menyimpulkan.
Berdasarkan rumusan komponen
strategi pembelajaran yang dikemukakan ahli secara garis besar dapat
dikelompokkkan menjadi :
1. Komponen pertama yaitu urutan
kegiatan pembelajaran
mengurutkan kegiatan pembelajaran
dapat memudahkan guru dalam pelaksanaan kegiatan mengajarnya, guru dapat
mengetahui bagaimana ia harus memulainya, menyajikannya dan menutup pelajaran.
a) Sub komponen pendahuluan,
merupakan kegiatan awal dalam pembelajaran. Kegiatan ini mempunyai tujuan untuk
memberikan motivasi kepada siswa, memusatkan perhatian siswa agar siswa bisa
mempersiapkan dirinya untuk menerima pelajaran dan juga mengetahui kemampuan
siswa atau apa yang telah dikuasai siwa sebelumnya dan berkaitan dengan materi
pelajaran yang akan disampaikan. Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah
memberikan gambaran singkat tentang isi pelajaran, penjelasan relevansi isis
pelajaran baru, dan penjelasan tentang tujuan pembelajaran.
b) Sub komponen penyajian, kegiatan
ini merupakan inti dari kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan ini peserta
didik akan ditanamkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang telah dimiliki
dikembangkan pada tahap ini. Tahap-tahapnya adalah menguraikan materi
pelajaran, memberikan contoh dan memberikan latihan yang disesuaikan dengan
materi pelajaran.
c) Sub komponen penutup, merupakan
kegiatan akhir dalam urutan kegiatan pembelajaran. Dilaksanakan untuk
memberikan penegasan atau kesimpulan dan penilaian terhadap penguasaan materi
pelajaran yang telah diberikan.
2. Komponen kedua yaitu metode
pembelajaran
Metode pembelajaran adalah cara yang
digunakan oleh pengajar dalam menyampaikan pesan pembelajaran kepada peserta
didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pengajar atau guru harus dapat
memilih metode yang tepat yang disesuaikan dengan materi pelajaran agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai. Metode pembelajaran mungkin dapat dikatakan tepat
untuk suatu pelajaran tetapi belum tentu tepat untuk pelajaran yang lainnya,
untuk itu guru haruslah pandai dalam memilih dan menggunakan metode-metode
pembelajaran mana yang akan digunakan dan disesuaikan dengan materi yang akan
diberikan dan karakteristik siswa.
Macam-macam metode pembelajaran
adalah :
a) Metode ceramah g) Metode
pembelajaran terprogram
b) Metode demonstrasi h) Metode
discovery
c) Metode simulasi i) Metode
do-look-learn
d) Metode diskusi j) Metode
praktikum
e) Metode studi mandiri k) Metode
bermain peran
f) Metode studi kasus l) dll.
3. Komponen ketiga yaitu media yang
digunakan.
Media adalah segala bentuk dan
saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Media dapat
berbentuk orang/guru, alat-alat elektronik, media cetak,dsb. Hal-hal yang harus
dipertimbangkan dalam memilih media adalah :
a) Ketepatan dengan tujuan
pembelajaran
b) Dukungan terhadap isi pelajaran
c) Kemudahan memperoleh media
d) Keterampilan guru dalam
menggunakannya
e) Ketersediaan waktu menggunakannya
f) Sesuai dengan taraf berpikir
siswa.
4. Komponen keempat adalah waktu
tatap muka.
Pengajar harus tahu alokasi waktu
yang diperlukan dalam menyelesaikan pembelajaran dan waktu yang digunakan
pengajar dalam menyampaikan informasi pembelajaran. Sehingga proses
pembelajaran berjalan sesuai dengan target yang ingin dicapai.
5. Komponen kelima adalah
pengelolaan kelas.
Kelas adalah ruangan belajar
(lingkungan fisik) dan lingkungan sosio-emosional. Lingkungan fisik meliputi:
ruangan kelas, keindahan kelas, pengaturan tempat duduk, pengaturan sarana atau
alat-alat lain, dan ventilasi dan pengaturan cahaya. Sedangkan lingkungan
sosio-emosional meliputi tipe kepemimpinan guru, sikap guru, suara guru,
pembinaan hubungan baik, dsb. Pengelolaan kelas menyiapkan kondisi yang optimal
agar proses belajar mengajar dapat berlangsung secara lancar
Minggu, 26 Mei 2013
Perbedaan dan persamaan tentang kalimat efektif dari pendapat dilihat dari beberapa sumber
Perbedaan-perbedaan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
Keraf,
Goris. 1993. Komposisi. Cet. Ke-9. Ende-Flores: Nusa Inda. Bahwa sebuah kalimat
yang efektif mempersoalkan bagaimana ia dapat mewakili secara tepat atau
perasaan pengarang, bagaimana ia dapat mewakili secara segar, dan sanggup dan
sanggup menarik perhatian para pembaca dan pendengar terhadap apa yang
dibicarakan. Kalimat yang efektif memiliki kemampuan atau tenaga untuk
menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca identik
dengan apa yang dipikirkan pembicara atau penulis. Di samping itu, kalimat yang
efektif tetap berusaha agar gagasan pokok selalu mendapat tekanan atau
penonjolan dalam pikiran pembaca atau pendengar. Jadi, kalimat yang efektif
adalah kalimat yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut.
1. Secara tepat dapat mewakili
gagasan atau perasaan pembicara atau penulis
2. Sanggup menimbulkan gagasan
yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan
oleh pembicara atau penulis.
Dalam
uraian diatas kita dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut.
1. Kesatuan gagasan
Kesatuan
gagasan diwakili oleh subjek, predikat, dan objek. Kesatuan itu dapat berbentuk
kesatuan tunggal , kesatuan gabungan, kesatuan pilihan, dan kesatuan
menagandung pertentangan.
2. Konherensi yang kompak
Yang
dimaksud dengan konherensi atau kepaduan dan kompak adalah hubungan timbal
balik yang baik dan jelas diantara unsur-unsur (kata atau kelompok kata)yang
membentuk kalimat itu. Bagaimana hubungan antara subjek dan predikat, hubungan
antara predikat dan objek, serta keterangan lain yang menjelaskan tiap-tiap
unsur pokok tadi.
Menurut
Gorys, kepaduan sebuah kalimat akan rusak
karena
a. Tempat kata dalam kalimat
tidak sesuai dengan pola kalimat
b. Salah menggunakan kata
depan, kata penghubung, dan sebagainya.
c. Pemakaian kata, baik karena
merangkaikan dua kata yang maknanya tidak tumpang-tindih, maupun hakikatnya
tidakmengandung kontrdiksi. Salah menempatkan keterangan aspek (sudah, telah, akan, belum, dsb.)
3. Penekanan
Inti pikiran
yang terkandung dalam tiap kalimat (gagaan utama) haruslah dibedakan dari
sebuah kata yang dipentingkan. Kata yang dipentingkan harus mendapat tekanan atau
harus lebih ditonjolkan dari unsur-unsur yang lain. Dengan cara
a. Mengubah posisi dalam
kalimat
Untuk
mencapai efej yang diinginkan, sebuah kalimat dapt diubah strukturnya dengan
menempatkan sebuah kata yang dipentingkan pada awal kalimat.
b. Menggunakan repetisi
Repetisi
dadalah pengulangan sebuah kata yang dianggap penting dalam sebuah kalimat.
c. Pertentangan
d. Pertikel penekanan
Dalam
bahasa Indonesian terdapat beberapa partikel yang berfungsi untuk menonjolkan
sebuah kata atau ide dalam sebuah kalimat. Pertikel itu ialah –lah, pun, dan –kah.
4. Variasi
Variasi
merupakan suatu upaya untuk bertolak belakang dengan repetisi. Variasi tidak lain adalah usaha untuk
menganeka-ragamkan bentuk bahasa tetap terpelihara minatnya dan perhatian orang
5. Penalaran
Penalaran atau logika
(jalan pikiran) adalah suatu proses berfikir yang berusaha menghubung-hubungkan
evidensi menuju suatau simpulan yang masuk akal. Artinya, kalimat-kalimat yang
diucapkan harus dapat dipertanggung –jwabkan dari segi akal sehat.
Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa. Bahasa Yang patut
Anda Ketahui (1). 1991. Jakarta
Kalimat
efektif adalah kalimat yang gagasannya jelas, ringkas, sesuai dengan kaidah,
dan enak dibaca.
secara
terinci, kalimat efektif hendaknya memenuhi persyaratan sebagai berikut.
1. Subjek tidak didahului kata depan
2. Kata penghubung
intrakalimat tidak terdapat pada awal kalimat tunggal.
3. Preidikat tidak didahului
kata yang.
4. Unsur perincian harus
sejajar
5. Kata penghubung anak
kalimat harus jelas (eksplisit)
6. Pemakaian kata harus hemat
7. Uraian kata harus tepat
8. Tidak menggunakan kata
penghubung yang bertentangan
9. Menghindari kata penghubung
pengaruh asing.
10. Pilihan kata harus cermat
11. Kalimat harus logis
Sedangkan
menurut Natawidjaja, P. Suparman. 1986. Petunjuk
Menyusun Kalimat Efektif dan Tulisan Ilmiah . Jakarta: Intermasa.
Kalimat efektif adalah kalimat yang
disusun menurut pola tata bahasa
Indonesia yang setiap unsur kalimatnya berfungsi. Makna kalimat efektif mudah
dipahami dan cendikia (logis). Arti dan makna selalu berdampingan. Arti
dikaitkan dengan makna yang tersurat, sedangkan makna dikaitkan dengan yang
tersirat.
Perbedaannya dari ketiga
pendapat yang berbeda
1. Arti kalimat efektif
a. Mengandung unsurt kalimat
yang tak berfungsi
b. Terpengaruh oleh kalimat
bahasa asing
2. Makna kalimat efektif
Makna kalimat
efektif mudah dipahami dan cendikia (logis). Arti dan makna selalu
berdampingan. Arti dikaitkan dengan arti yang tersurat, sedangkan makna
dikaitkan dengan yangtersirat.
3. Menyusun kalimat efektif
Dalam bahasa
Indonesia ada bebarapa bentuk susunan (struktur) dasar kalimay dengan pola yang
berbeda. Yang dimaksud dengan pola ialah unsur kalimat itu dibentuk oleh kata
apa saja.
Struktru dasar
kalimat efektif menurut Natawidjaja
1. S-P dengan pola
KB-KB
KB-KS
KB-KBIL
KB-KT
2. S-P-O dengan pola
KB-KK-KB
KB-KK-KS
KB-KK-KBIL
KB-KK-KK
3. S-P-O-K dengan pola
KB-KK-KB-KB
KB-KK-KB-KBIL
KB-KK-KB-KS
Struktur
dasar ini, dapt di variasikan mnurut urutan tempatnya sepanjang tidak mengubah
maksud kalimat, misalnya P-S, P-S-O, dan K-S-P.
4. Menyusun kalimat efektif
dengan dasar pola
Persamaan dari ketiga
pendapat yang berbeda
Dari
ketiga sumber pendapat diatas dapat disimpulkan persamaan dari apa yang
dimaksud dengan kalimat Efektif.
-
Kalimat
efektif adalah adalah
kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat
dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula dan pendengar/pembaca dapat
memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang
dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.
-
Dikatakan Kalimat Efektif apabila
unsur kalimatnya lengkap, (2) kalimat tidak terpengaruh bahasa asing, (3) tidak
ada pemaknaan ganda/makna ganda, (4) kalimat logis (masuk akal), (5) kalimat
tidak mengandung gejala pleonasme, dan (6) tidak ada kerancuan dalam kalimat.
Strategi pembelajaran bahasa Indonesia
Postingan ini merupakan lanjutan dari postingan sebelumnya. selamat membaca!
Menurut Reigeluth dan Merril (dalam
Salamun, 2002) menyatakan bahwa klasifikasi variabel pembelajaran meliputi (1)
kondisi pembelajaran, (2) metode pembelajaran, dan (3) hasil pembelajaran.
(1) Kondisi Pembelajaran
Kondisi pembelajaran adalah faktor
yang mempengaruhi efek metode dalam meningkatkan hasil pembelajaran (Salamun,
2002). Kondisi ini tentunya berinteraksi dengan metode pembelajaran dan
hakikatnya tidak dapat dimanipulasi. Berbeda dengan halnya metode pembelajaran
yang didefinisikan sebagai cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran
yang berbeda di bawah kondisi pembelajaran yang berbeda. Semua cara tersebut
dapat dimanipulasi oleh perancang-perancang pembelajaran. Sebaliknya, jika
suatu kondisi pembelajaran dalam suatu situasi dapat dimanipulasi, maka ia
berubah menjadi metode pembelajaran. Artinya klasifikasi variabel-variabel yang
termasuk ke dalam kondisi pembelajaran, yaitu variabel-variabelmempengaruhi
penggunaan metode karena ia berinteraksi dengan metode danm sekaligus di luar
kontrol perancang pembelajaran. Variabel dalam pembelajaran dapat dikelompokkan
menjadi tiga bagian, yaitu (a) tujuan dan karakteristik bidang stuydi, (bahasa)
kendala dan karakteristik bidang studi, dan (c) karakteristik pebelajar.
(2) Metode Pembelajaran
Machfudz (2000) mengutip penjelasan
Edward M. Anthony (dalam H. Allen and Robert, 1972) menjelaskan bahwa istilah
metode dalam pembelajaran Bahasa Indonesia berarti perencanaan secara
menyeluruh untuk menyajikan materi pelajaran bahasa secara teratur. Istilah ini
lebih bersifat prosedural dalam arti penerapan suatu metode dalam pembelajaran
bahasa dikerjakan dengan melalui langkah-langkah yang teratur dan secara
bertahap, dimulai dari penyusunan perencanaan pengajaran, penyajian pengajaran,
proses belajar mengajar, dan penilaian hasil belajar. Sedangkan menurut Salamun
(2002), metode pembelajaran adalah cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil
pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda. Jadi dapat disimpulkan
bahwa metode pembelajaran adalah sebuah cara untuk perencanaan secara utuh
dalam menyajikan materi pelajaran secara teratur dengan cara yang berbeda-beda
untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda.
(3) Hasil Pembelajaran
Hasil pembelajaran adalah semua efek
yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan metode
pembelajaran (Salamun, 2002). Variabel hasil pembelajaran dapat
diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu kefektifav, (2) efisiensi, dan (3)
daya tarik.
Hasil pembelajaran dapat berupa
hasil nyata (actual outcomes), yaitu hasil nyata yang dicapai dari penggunaan
suatu metode di bawah kondisi tertentu, dan hasil yang diinginkan (desired
outcomes), yaitu tujuan yang ingin dicapai yang sering mempengaruhi keputusan
perancang pembelajaran dalam melakukan pilihan metode sebaiknya digunakan
klasifikasi variabel-variabel pembelajaran tersebut secara keseluruhan
ditunjukkan dalam diagram berikut.
Kondisi
Tujuan dan karakteristik bidang
studi
Kendala dan karakteristik bidang
studi
Karakteristik siswa
Metode
Strategi pengorganisasian
pembelajaran: strategi makro dan strategi mikro
Strategi penyampaian pembelajaran
Strategi pengelolaan pembelajaran
Hasil
Keefektifan, efisiensi, dan daya
tarik pembelajaran
Diagram 1: Taksonomi variabel
pembelajaran (diadaptasi dari Reigeluth dan Stein: 1983)
Keefektifan pembelajaran dapat
diukur dengan tingkat pencapaian pebelajar. Efisiensi pembelajaran biasanya
diukur rasio antara jefektifan dan jumlah waktu yang dipakai pebelajar dan atau
jumlah biaya pembelajaran yang digunakan. Daya tatik pembelajaran biasanya juga
dapat diukur dengan mengamati kecenderungan siswa untun tetap terus belajar.
Adapaun daya tarik pembelajaran erat sekali dengan daya tarik bidang studi.
Keduanya dipengaruhi kualitas belajar.
2.2.3 Teknik Pembelajaran
Istilah teknik dalam pembelajaran
bahasa mengacu pada pengertian implementasi perencanaan pengajaran di depan
kelas, yaitu penyajian pelajaran dalam kelas tertentu dalam jam dan materi
tertentu pula. Teknik mengajar berupa berbagai macam cara, kegiatan, dan kiat
(trik) untuk menyajikan pelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Teknik pembelajaran bersifat implementasi, individual, dan situasional.
Saksomo (1983) menyebutkan teknik
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia antara lain (1) ceramah, (2) tanya—jawab ,
(3) diskusi, (4) pemebrian tugas dan resitasi, (5) demonstrasi dan eksperimen,
(6) meramu pendapat (brainstorming), (7) mengajar di laboratorium, ( induktif,
inkuiri, dan diskoveri, (9) peragaan, dramatisasi, dan ostensif, (10) simulasi,
main peran, dan sosio-drama, (11) karya wisata dan bermain-main, dan (12)
eklektik, campuran, dan serta—merta.
DAFTAR PUSTAKA
Basiran, Mokh. 1999. Apakah yang
Dituntut GBPP Bahasa Indonesia Kurikulum 1994?. Yogyakarta: Depdikbud
Darjowidjojo, Soenjono. 1994. Butir-butir
Renungan Pengajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing. Makalah disajikan
dalam Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa
Asing. Salatiga: Univeristas Kristen Satya Wacana
Degeng, I.N.S. 1997. Strategi
Pembelajaran Mengorganisasi Isi dengan Model Elaborasi. Malang: IKIP dan IPTDI
Depdikbud. 1995. Pedoman Proses
Belajar Mengajar di SD. Jakarta: Proyek Pembinaan Sekolah Dasar
Machfudz, Imam. 2000. Metode
Pengajaran Bahasa Indonesia Komunikatif. Jurnal Bahasa dan Sastra UM
Moeleong, Lexy J. 2000. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosyda Karya.
Saksomo, Dwi. 1983. Strategi
Pengajaran Bahasa Indonesia. Malang: IKIP Malang
Salamun, M. 2002. Strategi
Pembelajaran Bahasa Arab di Pondok Pesantren. Tesis.. Tidak diterbitkan
Sholhah, Anik. 2000. Pertanyaan
Tutor dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing di UM. Skripsi.
Tidak diterbitkan.
Subyakto, Sri Utari. 1988.
Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud
Sugiono, S. 1993. Pengajaran Bahasa
Indonesia sebagai Bahasa Asing. Makalah disajikan dalam Konferensi Bahasa
Indonesia; VI. Jakarta: 28 Oktober—2 Nopember 1993
Suharyanto. 1999. Pembelajaran
Bahasa Indonesia di SD. Yogyakarta: Depdikbud
Langganan:
Postingan (Atom)