PENDEKATAN KOMUNIKATIF
DALAM PENGAJARAN BAHASA INDONESIA
DI PERGURUAN TINGGI
Oleh: Leni Syafyahya
ABSTRAK
Pengajaran bahasa Indonesia dapat dibuat lebih menyenangkan
dengan menggunakan pendekatan yang lebih menarik. Pendekatan yang menarik akan
memikat mahasiswa untuk mempelajari bahasa Indonesia. Pendekatan itu ialah
pendekatan komunikatif. Pendekatan komunikatif yang diterapkan dengan empat
metode, yakni metode simulasi/ The Simulation Method, metode kaji pemahaman/
The Inquiry Method, metode Students Teams Achievement Division (STAD), dan
metode Team Games Tournament (TGT) mengandung berbagai manfaat yang berguna
untuk menumbuhkan kemampuan belajar aktif pada diri mahasiswa. Di samping itu,
dengan pendekatan komunikatif ini, juga dapat menggali potensi mahasiswa dan
dosen untuk sama-sama berkembang dan berbagi pengetahuan, keterampilan, serta
pengalaman.
Kata
Kunci: Pengajaran, Bahasa Indonesia, Pendekatan, dan Komunikatif
I.
PENDAHULUAN
Ada dua pendapat yang bertentangan di tengah pengajaran bahasa
Indonesia. Di satu sisi, banyak keluhan yang dilontarkan oleh masyarakat
terhadap penguasaan bahasa Indonesia si anak didik. Keluhan itu terutama karena
si anak didik dianggap kurang mampu menggunakan bahasa Indonesia baik secara
lisan maupun secara tertulis. Di sisi lain, di sebagian siswa/ mahasiswa
mengatakan pembelajaran bahasa Indonesia sangat membosankan karena mereka sudah
merasa bisa dan penyampaian materi yang kurang menarik sehingga secara tidak
langsung siswa/ mahasiswa menjadi lemah dalam penangkapan materi (Haris, 2008).
Penulis sebagai pengajar bahasa Indonesia di perguruan
tinggi juga menemukan kasus seperti ini.Hal itu penulis rasakan ketika penulis
mengajarkan bahasa Indonesia di berbagai fakultas, seperti: Fakultas MIPA (
Jurusan Farmasi dan jurusan Kimia), Fakultas Ekonomi ( Jurusan Akutansi dan
Jurusan Pemasaran), dan Fakultas Sastra ( Jurusan Sastra Inggris) di
Universitas Andalas ini. Penulis mengajar bahasa Indonesia pada berbagai
fakultas itu sudah hampir tujuh belas tahun. Di awal-awal mengajar, penulis
merasa kesulitan untuk menumbuhkan dan mengembangkan minat mahasiswa terhadap
pelajaran bahasa Indonesia. Para mahasiswa tidak begitu berminat belajar bahasa
Indonesia. Mereka pada umumnya belajar bahasa Indonesia semata-mata untuk
memenuhi SKS karena mata kuliah bahasa Indonesia sebagai mata kuliah wajib
universitas dan mencari nilai yang memuaskan.
Berangkat dari permasalah itu, penulis berusaha melakukan
perubahan-perubahan dalam pengajaran bahasa Indonesia. Salah satu perubahahan
yang dilakukan ialah dengan menerapkan pendekatan komunikatif dalam pengajaran
bahasa Indonesia. Pendekatan komunikatif penulis terapkan seiring pula dengan
kebijakan bahasa Indonesia sebagai mata kuliah pengembangan kepribadian di
perguruan tinggi. Bahasa Indonesia sebagai mata kuliah pengembangan kepribadian
di perguruan tinggi dalam upaya mewujudkan bahasa Indonesia sebagai bahasa
profesi dan keilmuan dinyatakan dalam SK Menteri Pendidikan Nasional
No.232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan
kurikulum Inti Pendidikan Tinggi, bahasa Indonesia masuk dalam kelompok Mata
Kuliah Pengembangan Kepribadian (lihat Widjono, 2005:5).
Selain itu, Surat Keputusan Mendiknas 045/U/2000 menyebutkan
bahwa kurikulum di perguruan tinggi dikembangkan berdasarkan orientasi kompetensi,
yaitu seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki
seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam
melaksanakan tugas-tugas tertentu (lihat Widjono, 2005:5). Kompetensi yang
diharapkan dalam kuliah bahasa Indonesia ialah kecakapan berbahasa Indonesia
sebagai pendukung kecakapan profesional seseorang dalam melaksanakan tugas
profesi atau keahliannya.
Oleh karena itu, mahasiswa harus memahami konsep secara
tepat, terampil menyebutkan dan mengaplikasikan ciri-ciri umum bahasa yang baik
dan benar, ciri-ciri khusus yang menyangkut ejaan yang baku, diksi yang baik
dan benar, kalimat yang efektif, paragraf yang apik, serta terampil menyebutkan
kesalahan untuk memperbaikinya. Untuk mencapai kecakapan berbahasa Indonesia
itu, perlu diterapkan pendekatan yang tepat. Pendekatan yang tepat dapat
membuat mahasiswa belajar secara aktif, yaitu pendekatan komunikatif.
II.
PENDEKATAN KOMUNIKATIF
DALAM PENGAJARAN BAHASA INDONESIA
Pendekatan komunikatif berorientasi pada proses belajar-
mengajar bahasa berdasarkan tugas dan fungsi berkomunikasi. Prinsip dasar
pendekatan komunikatif ialah: a) materi harus terdiri dari bahasa sebagai alat
komunikasi, b) desain materi harus menekankan proses belajar-mengajar dan bukan
pokok bahasan, dan c) materi harus memberi dorongan kepada pelajar untuk
berkomunikasi secara wajar ( Siahaan dalam Pateda, 1991:86).
Dalam pendekatan komunikatif, yang menjadi acuan adalah
kebutuhan si terdidik dan fungsi bahasa. Pendekatan komunikatif berusaha
membuat si terdidik memiliki kecakapan berbahasa. Dengan sendirinya, acuan
pokok setiap unit pelajaran ialah fungsi bahasa dan bukan tata bahasa. Dengan
kata lain, tata bahasa disajikan bukan sebagai tujuan akhir, tetapi sarana untuk
melaksanakan maksud komunikasi.
Strategi belajar-mengajar dalam pendekatan komunikatif
didasarkan pada cara belajar siswa/mahasiswa aktif, yang sekarang dikenal
dengan istilah Student Centered Learning (SCL). Cara belajar aktif
merupakan perkembangan dari teori Dewey Learning by Doing (1854—1952)
(lihat Pannen, dkk.2001:42). Dewey sangat tidak setuju dengan rote learning
‘belajar dengan menghafal’. Dewey menerapkan prinsip-prinsip learning by
doing, yaitu mahasiswa perlu terlibat dalam proses belajar secara spontan/
mahasiswa terlibat secara aktif dalam proses belajar-mengajar.
Dalam pendekatan komunikatif, ada beberapa metode yang dapat
diterapkan, yaitu metode simulasi/ The Simulation Method, dan metode
kaji pengalaman/ The Inquiry Method (Pateda,1991:87). Rumusan yang
hampir sama dinyatakan oleh Slavin (dalam Pannen, dkk. 2001:69) metode-metode
belajar aktif terdiri atas: metode Students Teams Achievement Division (STAD),
metode Team Games Tournament (TGT), dan metode Jingsaw II. Dari
pendapat Slavin ini, penulis hanya menerapkan metode STAD dan metode TGT. Hal
ini dikarenakan metode jingsaw II lebih rumit. Selain mahasiswa, dibagi atas
beberapa kelompok, dosen harus memilih mahasiswa yang tingkat kemampuannya
lebih. Mahasiswa yang tingkat kemampuannya melebihi tingkat kemampuan teman
mereka akan dikelompokan pula menjadi kelompok ahli.
2.1
Metode Simulasi/ The Simulation Method
Metode
simulasi diterapkan dengan aturan sebagai berikut:
- Mahasiswa dibagi atas beberapa kelompok kecil. Setiap kelompok paling banyak lima orang.
- Dosen menyediakan topik-topik pembicaraan yang akan dibahas oleh setiap kelompok.
- Dosen berkeliling mengawasi kelompok dan sekali-kali melakukan tilang bahasa.
- Kesalahan umum dibicarakan secara umum.
- Diusahan agar anggota kelompok berani mengemukakan pendapat.
- Dosen mencatat kesalahan yang selalu muncul. Kesalahan ini dapat dimunculkan dalam evaluasi.
- Untuk memperbaiki kesalahan, sebaiknya, si terdidik yang memperbaikinya..
2.2
Metode STAD/ Students Teams Achievement Division
Metode
STAD diterapkan dengan aturan sebagai berikut:
- Penyajian dosen
b. Diskusi
kelompok mahasiswa
c. Tes/kuis/silang
tanya antarkelompok
d. Penguatan
dari dosen
Penyajian dosen mengenai pokok-pokok permasalahan, konsep,
kaidah, dan prinsip-prinsip bidan ilmu. Penyajian dosen dalam bentuk ceramah
dan tanya jawab. Diskusi kelompok dilakukan berdasarkan permasalahan yang
disampaikan oleh dosen. Setelah itu, tes/kuis dilakukan untuk mengetahui hasil
belajar mahasiswa. Terakhir, penguatan dosen dilakukan untuk menyakinkan
keragua-raguan mahasiswa dan silang pendapat antarkelompok dalam diskusi.
2.3
Metode TGT/ Team Games Tournament
Metode
TGT diterapkan dengan aturan sebagai berikut:
- Identifikasi masalah
- Pembahasan masalah dalam kelompok
c. Presentasi
hasil bahasan kelompok/turnamen
d. Penguatan
oleh dosen
Dalam identifikasi masalah, mahasiswa ditugaskan membaca
sebuah konsep di rumah. Kemudian, konsep itu dipecahkan dalam kelompok. Setelah
itu, pemecahan masalah disajikan dalam bentuk presentasi/turnamen. Dosen dan
beberapa mahasiswa menjadi juri.
2.4
Metode Kaji Pengalaman/ The Inquiry Method
Metode
kaji pengalaman diterapkan dengan aturan sebagai berikut:
- Mahasiswa diundang ke depan kelas.
- Ia diminta mengemukakan pendapatnya mengenai topik yang telah disediakan.
- Dosen memberanikan si mahsiswa agar ia dapat mengemukakan pendapat.
- Dosen dapat memperbaiki kesalahan penggunaan bahasa yang dilakukan si mahasiswa.
- Para mahasiswa mencatat kesalahan dan perbaikan yang dibahas bersama-sama.
- Kesalahan yang selalu munculdapat dijadikan bahan evaluasi.
Penulis menyadari bahwa keempat metode dalam pendekatan
komunikatif yang ditawarkan di atas kadang-kadang tidak cocok untuk pokok
bahasan tertentu. Memang di satu sisi, pendekatan komunikatif ini memiliki
beberapa kelemahan. Kelemahan-kelemahan itu mungkin dari sisi mahasiswa, sisi
penyusunan bahan, dan dari sisi dosen/pengajar sendiri.
Akan tetapi, di sisi lain, keempat metode dalam pendekatan
komunikatif itu telah penulis terapkan dan praktikan dalam kuliah bahasa
Indonesia di berbagai fakultas di Universitas Andalas ini. Berdasarkan
pengalaman dan praktik yang penulis lakukan, ternyata, keempat metode itu
efektif digunakan dan mahasiswa tertarik serta aktif mempraktikan bahasa
Indonesia dalam kelas.
III.
PENUTUP
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa penerapan
pendekatan komunikatif dengan berbagai metodenya merupakan angin segar dalam
pengajaran bahasa Indonesia. Karena dengan penerapan pendekatan komunikatif
ini, penulis dapat mengusulkan dan mengatakan, ternyata, mahasiswa lebih
tertarik dan senang belajar bahasa Indonesia. Semoga, tulisan ini menjadi
sebuah wacana baru bagi pengajaran bahasa Indonesia, yang bagi sebagian
mahasiswa merupakan pelajaran yang tidak menyenangkan dan membosankan. Semoga.
DAFTAR
KEPUSTAKAAN
Pannen, Paulina dkk. 2001. Mengajar di Perguruan Tinggi:
Konstrukktivisme dalam Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Pateda, Mansoer. 1991. Linguistik Terapan. Ende-Flores:
Nusa Indah.
Widjono Hs. 2005. Bahasa Indonesia: Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar