Cari

Sabtu, 25 Mei 2013

Filsafat Menjawab


Apa itu filsafat ilmu? Bagaimanakah tentang Filsafat Ilmu itu?
Prof. Dr. Fuad Hasan, guru besar psikologi UI, menyimpulkan: Filsafat adalah suatu ikhtiar untuk berpikir radikal, artinya mulai dari radiksnya suatu gejala, dari akarnya suatu hal yang hendak dimasalahkan. Dan dengan jalan penjajakan yang radikal itu filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan yang universal.
filsafat Ilmu mampu menjawab semua permasalahan hidup tergantung dari pribadi sendiri bagaiman kita melihat dan menerapkannya. Filsafat dipahami sebagai upaya, proses, metode, cara, dambaan untuk terus mencari kebenaran. Dambaan ini muncul dalam sikap kritis untuk selalu mempersoalkan apa saja untuk sampai pada kebenaran paling akhir, yang paling mendalam. Filsafat dilihat sebagai upaya untuk memahami konsep atau ide-ide. Dengan bertanya orang lalu berpikir tentang apa yang ditanyakan. Dengan bertanya orang berusaha menemukan jawaban atas apa yang ditanyakan
1.      Mengapa manusia kehilangan makna hidupnya? Berikan alasan dari sudut pandang filsafat!
Jawab :
Dalam hal ini manusia tidak terlepas dari sebagai mankluk social. Bagaiman manusia itu memperlakukan dirinya terhadap yang apa yang dihadapinya.
 Jika manusia itu di dalam hidupnya manusia tidak selalu mencari arah baru untuk dituju. Untuk menemukan arah yang tepat, manusia haruslah memiliki pengertian yang tepat tentang dirinya sendiri. Hanya dengan memahami diri secara tepatlah manusia bisa mewujudkan potensi-potensinya semaksimal mungkin.

2.      Konsep Ontologi, epistemology, aksiologi jelaskan ketiganya dan jelaskan pula mengapa ketiga konsep itu harus dipahami oleh setiap manusia dan berikan contoh kasusnya?
Jawab :
Epistemologi derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan. Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat episteme, pengetahuan; dan logos, theory. Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menengarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan. Epistemologi bertalian dengan definisi dan konsep-konsep ilmu, ragam ilmu yang bersifat nisbi dan niscaya, dan relasi eksak antara ‘alim (subjek) dan ma’lum (objek). Atau dengan kata lain, epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul, asumsi dasar, sifat-sifat, dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat. Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja menentukan karakter pengetahuan, bahkan menentukan “kebenaran” macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak. Bila Kumpulan pengetahuan yang benar/episteme/diklasifikasi, disusun sitematis dengan metode yang benar dapat menjadi epistemologi. Aspek epistemologi adalah kebenaran fakta / kenyataan dari sudut pandang mengapa dan bagaimana fakta itu benar yang dapat diverifikasi atau dibuktikan kembali kebenarannya.
Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Ontologi membahas tentang yang ada yang universal, menampilkan pemikiran semesta universal. Ontologi berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan, atau dalam rumusan Lorens Bagus; menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas dalam semua bentuknya. Lorens Bagus memperkenalkan tiga tingkatan abstraksi dalam ontologi, yaitu : abstraksi fisik, abstraksi bentuk, dan abstraksi metaphisik. Abstraksi fisik menampilkan keseluruhan sifat khas sesuatu objek; sedangkan abstraksi bentuk mendeskripsikan sifat umum yang menjadi cirri semua sesuatu yang sejenis. Abstraksi metaphisik mengetangahkan prinsip umum yang menjadi dasar dari semua realitas. Abstraksi yang dijangkau oleh ontologi adalah abstraksi metaphisik. Sedangkan metode pembuktian dalam ontologi oleh Laurens Bagus di bedakan menjadi dua, yaitu : pembuktian a priori dan pembuktian a posteriori.

AKSIOLOGI,n Axios = Nilai (Value)n Logi = Ilmu, n Axiologi adalah ilmu yang mengkaji tentang nilai-nilai. Axiologi (teori tentang nilai) sebagai filsafat yang membahas apa kegunaan ilmu pengetahu manusia.
Aksiologi menjawab, untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu di pergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral?
Dengan demikian Aksiologi adalah nilai-nilai (value) sebagai tolok ukur kebenaran (ilmiah), etik, dan moral sebagai dasar normative dalam penelitian dan penggalian, serta penerapan ilmu.

contoh kasus yang dapat saya uraikan dalam hal ini adalah sebagai berikut.
Dengan ontologis berati mempelajari wujud dari sesuatu objek, hubungan antara objek tadi dengan daya tangkap manusia (pengindraan, perasaan dan pemikiran) yang membuahkan pengetahuan sebagai objek materialnya. Dengan epistemologis, berarti bagaimana kemungkinan penimbaan pengetahuan yang merupakan ilmu, proses-proses, dan faktor pendukungnya, agar memperoleh pengetahuan yang benar. Selanjutnya dapatlah menemukan tentang hakikat kebenaran dan kriterianya sebagai objek materialnya. Dengan aksiologis, berarti dapat menemukan kegunaan ilmu pengetahuan itu, hubungan antara sistem penggunaannya dengan norma-norma, moral serta hubungan antara teknik operasional metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional itu sebagai objek materialnya. Contoh : Objek formal filsafat itu ada tiga : Apa/what? (ontologi) Tuhan, bagaimana/how Tuhan itu ada (epistemologi), untuk apa/what for Tuhan ada (aksiologi). Tuhan dalam hal ini adalah objek material yang tidak berbentuk immaterial. Namun dengan bantuan logika dan nalar Tuhan/Agama sebagai objek material dapat terjawab. Objek Formal dan Material Ilmu Pengetahuan Objek formal ilmu pengetahuan adalah sudut pandangan ilmu pada umumnya, artinya bahwa yang dikatakan sebagai objek formal ilmu adalah dari sudut mana kerja ilmu itu dilihat, apakah dari sudut asas-asasnya, sistematisnya, kaidah-kaidah, norma-norma atau hukum-hukum berpikir yang harus ditaati agar kita dapat berpikir benar dan mencapai kebenaran yang dikatakan sebagai ilmu. Sedangkan objek material ilmu adalah objek yang mempelajari secara langsung pekerjaan akal dan mengevaluasi hasil-hasil dari objek formal ilmu itu dan mengujinya denan realisasi praktis yang sebenarnya. Atas dasar ini dapat dikatakan bahwa ilmu secara sistematisnya memiliki tiga objek formal yaitu : Ilmu pengetahuan Deskriptif, Ilmu Pengetahuan Normatif, dan Ilmu Pengetahuan Efisiensif. Dan objek materialnya adalah : kosmologis, noologis (sosial dan budaya).

dari sudut pandang epistemologi dapat diketahui bahwa ilmu ekonomi diperoleh melalui pengamatan (empirisme) terhadap gejala sosial masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengamatan yang dilakukan kemudian digeneralisasi melalui premis-premis khusus untuk mengambil kesimpulan yang bersifat umum. Pada tahap ini, ilmu ekonomi menggunakan penalaran yang bersifat kuantitatif . Perubahan dan keajegan yang diamati dalam sistem produksi dan distribusi barang dan jasa kemudian dijadikan sebagai teori-teori umum yang dapat menjawab berbagai masalah ekonomi. Sebagai sebuah contoh dapat dilihat dari teori permintaan (demand) dalam ilmu ekonomi yang berbunyi “apabila permintaan terhadap sebuah barang naik, maka harga barang tersebut secara otomatis akan menjadi naik” . Teori tersebut diperoleh dari pengalaman dan fakta di lapangan yang diteliti secara konsisten oleh para ahli ekonomi. Berdasarkan cara kerja yang demikian, penemuan teori-teori ilmu ekonomi dikelompokkan ke dalam context of discovery . (Audi, Robert, Epistemology: A Contemporary Introduction to The Theory of Knowledge (London: Routledge, 1998).)
3.      Dewasa ini banyak sarjana yang menganggur, coba Anda berikan solusi dari kasus tersebut berkaitan dengan konsep filsafat?

Jawab :
Timbulnya masalah baru di bidang ketenagakerjaan di era global sangat mungkin terjadi. Untuk itu diperlukan strategi pembinaan ketenagakerjaan menyangkut upaya peningkatan penempatan dan perlindungan tenaga kerja, yang sudah disusun untuk mengatasi berbagai permasalahan ketenagakerjaan yang ada serta dalam rangka mengantisipasi berbagai hal kemungkinan terburuk yang terjadi
alternatif penyelesaian masalah pengangguran diatas selain pelatihan keterampilan di BLK adalah dengan memberikan ruang gerak yang lebih kepada sektor non-publik untuk ikut berpartisipasi aktif dengan tetap memperhatikan kepentingan masyarakat secara proporsional, dengan memberikan program padat karya, bantuan pendirian
UKM/ UMKM
Aplikasinya sebaiknya pemerintah bekerjasama dengan pihak Bank untuk memberikan kridit lunak, kepada sektor UKM/UMKM. Dengan cara kredit lunak bagi sektor UMKM. dengan demikian agkatan kerja selain terserap pada sektor formal, juga terserap pada sektor UKM/UMKM sehigga diharapkan angka pengangguran di indonesia akan terus berkurang.
4.      Kualitas pendidikan kita sangat rendah bagaimana pendapat anda di tinjau dari pandangan filsafat dan berikan contoh strategi anda?
Jawab :
Cara kerja dan hasil filsafat dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah hidup dan kehidupan manusia, dimana pendidikan merupakan salah satu dari aspek kehidupan tersebut, karena hanya manusialah yang dapat melaksanakan dan menerima pendidikan. Oleh karena itu pendidikan memerlukan filsafat. Karena masalah-masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan, yang hanya terbatas pada pengalaman. Dalam pendidikan akan uncul masalah-masalah yang lebih luas, lebih dalam, dan lebih kompleks, yang tidak terbatasi oleh pengalmaan maupun fakta faktual, dan tidak memeungkinkan untuk dijangkau oleh ilmu.
Seorang guru, baik sebagai pribadi maupun sebagai pelaksana pendidikan, perlu mengetahui filsafat dan filsafat pendidikan. Seorang guru perlu memahami dan tidak buta terhadap filsafat pendidikan, karena tujuan pendidikan selalu berbungan langsung dengan tujuan kehidupan individu dan masyarakat penyelenggara pendidikan. Hubungan antar filsafat dengan pendidikan adalah, filsafat menelaah suatu realitas dengan luas dan menyeluruh, sesuai dengan karateristik filsafay yang radikal, sistematis, dan menyeluruh. Konsep tentang dunia dan tujuan hidup manusia yang merupakan hasil dari studi filsafat, akan menjadi landasan dalam menyusun tujuan pendidikan. Nantinya bangun sistem pendidikan dan praktek pendidikan akan dilaksanaka berorientasi kepada tujuan pendidikan ini. Brubacher (1950)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar